Epistimologi Sophie


Kata Plato, "Pengetahuan adalah jambatan untuk memahami alam dan tuhan". Dia dan nama gahnya tidak pernah memancingku, tapi cinta-ilmu nya memikat sekali. Duniaku adalah dunia penyelidikan. Hujung daripada usaha ini, adalah pengenalan kepada teori-teori, disiplin ilmu yang baru. Daripada teori tadi, akan memunculkan pula cascade ilmu-ilmu lainnya dan begitulah lingkaran ilmu itu berulang-ulang tak mahu habis.
Ada tiga tujuan penyelidikan. 1)menyelesaikan masalah ilmu. 2)menyelesaikan masalah hidup. 3)menjana kelangsungan hidup. Ketiga-tiga misi ini, terangkum dalam satu perkara : Mencapai hikmah. Iya, kami mencari hikmah. Asal kata dari hukum, dan segala usaha itu adalah menjurus kepada pencarian hukum dalam satu-satu disiplin ilmu yang dikaji. Stem cell misalnya, kami cuba memahami sifat dan kapasitinya yang boleh digeneratif, keupayaan untuk memperbahurui (self-renewal) dan membahagi dengan kadar linear. Ini sangat indah tuan, sebab ia kemudiannya menjadi penyelesaikan kepada masalah hidup yang berlingkar dalam dunia homo sapien. Bayangkan anda boleh 'mencipta' organ daripada sel tadi, jantung misalnya. Masih ingat Tee Hui Yee,gadis kecil yang merayu-rayu minta didermakan jantung? Jantung bukan boleh dibeli di pasar lambak. Nah..orang serupa mereka barangkali boleh mula tersenyum-senyum kalau hukum ilmu ini berjaya dilangkaui.
Kami berseminar di UTM baru-baru ini. Pihak penganjur datang dari CEPP, mereka bercerita banyak tentang bioteknologi, tentang herba, masa depan penyelidik lokal, karenah bapak-bapak menteri yang tiada jiwa akademik, keluhan penyelidik yang selalu dicantas karyanya atas nama profit dan untung. ketiga-tiga matlamat tadi, saya kutip dari prof Roji, seorang professor 'beriman' yang sibuk mencanang idea nutrien bersyarat, halal wa tayyiba. Oh tuan, indah sekali apabila sains diwacanakan oleh muslim-mukmin.
Pernah saya berbisik dengan seorang teman akan cita-cita besarku, mengsinkronikan sains dan agama. Sudah lama saya ingin jerit lantang-lantang, bahawa sains adalah juga bahagian agama, membezakan perkataan sains daripada agama adalah suatu bentuk kezaliman, SEKULARISM halus dari puak agamawan. Ada bidang sains, ada pula bidang agama.Itu apa?Bukan sekularism kah namanya? Temanku yang menarik,si Kurniawan biru yang suka ketawa 'ha ha ha' itu menjawab santai "Itu maa, produk sejarah abad 18-19 Eropah. Jangan marah, bacalah novel karya Ibn Thufail "Hayy Ibnu Yaqzhan". Dan dia ketawa lagi.
Apapun disiplin ilmu, saya akan manut dengan tradisi ilmu Plato. Tuan tahu maksud Sophie?itu asal kata dari Greek,maksudnya kebijaksanaan (wisdom). Gnosis juga dari Greek, maknanya ilmu. Kata Siddharta-ilmu boleh digali, tapi kebijaksanaan dikutip dari perjalanan ilmu tadi dalam hidup. Ia, seperti kata Ghazali, ketibaan sesuatu makna ke dalam hati. Diakhir semua kebijaksanaan itu, dan tentu saja bahagian paling menarik dari seluruh perjalanan ilmu, apabila ia memunculkan suatu entiti agung, itulah keTUHANan.Tidak heran kalau aku jadi terdiam bila Jimadie kata kepadaku "Tinggallah Tuhan saja yang suci". Dan Tuan ya, bukan mahu riak,tapi retorikku ini dikongsi juga oleh motto Universiti Oxford dengan bau yang sama-"Dominus Illuminatio Mea" Tuhan adalah cahayaku!

4 comments:

  1. Anonymous  

    April 24, 2008 at 4:56 AM

    awas bahasamu nanti kagak dipaham orang lho..atau disalah ertikan pemahamannya..hehe berkatalah sesuai tingkat org yang akan mendengarnya,menulis jugak begitu.atau padang sasarnya sampai ke amerika,heee..nampak lebih "sophiegnosis" ya?..?huhu ayoo..trus keep blogging..

    p/s: enak mah enak kalau dimakan sendiri dan keluarga..belum tentu enak dimakan orang:))

  2. Anonymous  

    April 24, 2008 at 7:59 AM

    sialnya dik, aku sudah nggak sempat bepikir gituan. yang penting kepala toh harus di sejukkan.nahh..blog ku ini scr rasminya adalah pad cooler dalam cpu otakku.masa ga paham.he he

  3. Anonymous  

    April 27, 2008 at 3:21 AM

    Ha ha ha ha ha, about little chit-chat, when is it? two weeks or three weeks ago……

    Oh iya….. sophie…....Maafkan aku. Mungkin, saya yang salah karena membuatmu bingung.

    Bukan buku Hayy Ibn Yaqdzan milik Ibn Thufail yang kumaksud. Tapi, buku muridnya, yaitu: Ibnu Rusyd (Averroes) yang berjudul "Al-Fasl Wa Maqal" translated in English by G.F.Hourani "On the Harmony of Religion and Philosophy" in 1976.

    Bagi pelajar Ilmu Kalam, buku Averroes merupakan salah satu buku yang berusaha menegakkan eksistensi harmoni antara religion dan philosophy in 12th CE. In other words, that book could be a useful reference for refuting secularism. And, of course, enforcing the harmony of religion and philosophy itself.

    While, bagi usul-fiqh dan para usulist, buku Ibnu Rusyd adalah argumen tentang new decision-making technique. That technique is called demonstrative Sillogisme (Inductive Sillogisme). Saat ini, mungkin, teori itu dikenal dengan Descriptive analysis.
    Averroes menyiratkan makna bahwa Sillogisme Demonstratif merupakan tekhnik yang reliable and valid for usul-fiqh seperti halnya Qiyas (deductive analogy). Tapi tekhnik Averroes itu kurang popular di daerah Ulama’ Masyriqiyyah / Timur (Baghdad, Iran, Iraq, Hijaz, dan lain-lain) until 14th century.

    On the other hand, Buku "Hayy Ibnu Yaqdzhan" adalah Philosophical Novel. Isinya bercerita tentang komparasi epistemologi antara ilmu shufiyyah dengan ilmu 'ulama untuk "mencapai Hikmah" dan "Hakekat segala sesuatu". Ada 3 (tiga) figures yang Ibnu Thufail jelaskan dan dia bungkus melalui bahasa Novel yang mudah dipahami. Novelnya, asyik kok, kamu baca sendiri aja dan gak usah diceritain. Ok.

    Tentang teori Epistemologi Shufiyah dan ulama’, kamu bisa melihat buku Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, di bab Ajaibul Qalbu. Atau, ringkasan buku Ihya’, yang berjudul Mursyidul Amin. Because, Ibn Thufail had mentioned Al-Ghazali name in his Book's Preface/Introduction.

    Tekhnik Shufiyyah sering dikenal melalui term "Tazkiyat An-Nafs" (Pembersihan Jiwa dan Hati). Tekhnik ini bukan berupa ngaji buku-buku, diskusi, dan riset. Tapi, it want to maximize human’s intuision, and qalbu/heart. Sufi have a principe that when human heart is uncontaminated by bad behaviours, its look like a mirror (mir’ah) of Lauhul Mahfudz. And, when it is happen, manusia bisa mengetahui hakekat sesuatu dan mendapat ilmu sejati.

    Bagaimana bila muslim awam mempelajari dan mengaji sufism? Muslim awam harus memiliki Mursyid (Guru Sufi) yang terpercaya. Jika tidak, ada konsekuensi buruk dan baik: yang buruk, terkena penyakit Psycho-Neurotic dan mati; atau yang baik, menjadi cendikia saja dan bukan Sufi.

    Selanjutnya, tekhnik 'Ulama dikenal dengan term “Tartibul Barahin” (Penjelasan melalui Induksi dan Deduksi yang rapi), seperti halnya pengajian mulai Elementary hingga PhD.
    Ngaji mulai dari Dalil, postulate, data, teori, model, facts; find something with doing research, observation, laboratorium, survay, interview, discussion, dan seterusnya.....seterusnya…hingga mencapai Hikmah……. ……

    …….aduh.... aduh…..
    udah...udah... terlalu panjang commentnya...kapan-kapan sambung lagi. Ok.

    to be continued......ha ha ha ha ha ha ha ha ha....to be continued.....

  4. Sophie  

    April 28, 2008 at 8:23 AM

    Duhhh..penyakit no.8:Kalau suda pegang mic, ga mau lepass..ngomong non-stop.he he.
    Ya udahh, bilang aja mau antar resume;calon hubby.he he.Karena kamu bikin cpu ku pusing, ga perlu ke saringan, terus ke final.hi hi

Post a Comment